Hitung Kekuatan! Antara Riza Patria & Nurmansyah Lubis Dampingi Anies, Siapa Paling Unggul?

BRITO.ID, BERITA JAKARTA - Teka teki soal nama calon wakil gubernur DKI terjawab sudah. PKS dan Gerindra sepakat mengajukan nama Nurmansyah Lubis dan Riza Patria untuk mendampingi Gubernur DKI Anies Baswedan.
Kedua nama cawagub DKI itu bakal diserahkan kepada Gubernur DKI Anies Baswedan. Selanjutnya Anies menyodorkan ke DPRD DKI Jakarta untuk kemudian ditetapkan melalui panitia pemilihan (panli) Wagub DKI. Nantinya, anggota DPRD DKI akan memilih satu di antara dua nama tersebut untuk dijadikan pengganti Sandiaga Uno.
Menurut Pengamat Politik dari UIN, Adi Prayitno, kedua figur itu memiliki peluang yang sama untuk menduduki kursi DKI 2. Karena Nurmansyah dan Riza Patria dinilainya sebagai kader terbaik dari PKS dan Gerindra.
"Tapi kalkulasi politik di atas kertas, Riza lebih diunggulkan karena faktor Gerindra sebagai partai pemenang pemilu ketiga dan mendukung pemerintah. Posisi ini bisa dikapitalisasi Gerindra untuk menang karena PKS nyaris tak punya teman koalisi," ujar Adi, Selasa (21/1/2020).
Namun begitu, Ia meminta semua untuk bersabar melihat hasil dari proses ini. Sebab segala kemungkinan masih bisa terjadi. "Tapi di atas segalanya, tak ada yang pernah tau siapa yang akan menang. PKS masih berpeluang," ucap Adi.
Prediksi nama Riza Patria bakal menjadi calon terkuat menjadi wagub DKI juga dikemukakan Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin. Dia menilai ada beberapa alasan sosok dari Gerindra itu bakal menduduki kursi Wagub DKI.
"Pertama Gerindra memiliki kursi lebih dari PKS. Kemudian Gerindra juga memiliki unsur pimpinan di situ. Selanjutnya nama yang diusung Gerindra lebih populer dibandingkan PKS. Melihat dari situ, peluang paling besar yang unggul dari Gerindra," ujar Ujang saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (20/1/2020).
Selama ini PKS dinilainya tidak mendapatkan hati di internal DPRD DKI Jakarta. Hal itu terkait dengan model lobi PKS sehingga pembahasan wagub DKI menjadi molor, kendati kursi itu telah disepakati milik PKS.
"Soal komunikasi politik saja, yang kurang cocok dengan gaya partai lainnya. Mungkin kemarin kenapa wagub jatahnya PKS, tetapi mereka tidak ada yang merespons atau menolak. Ada yang salah dengan komunikasi yang dibangun PKS," ujar dia.
Ujang menjelaskan selama penelitiannya terkait lobi politik, tak ada partai yang melakukannya dengan tangan kosong. Mereka yang tidak membawa apapun saat melobi, disebutnya tidak mendapatkan apa-apa. "Enggak ada yang makan siang gratis," ujar Ujang.
"PKS tidak clear, pola (komunikasi) umum dilakukan. (Padahal) lobi-lobi itu ya semuanya ada janji, itu di belakang layarnya. Kita tidak tahu apa deal-nya, pasti mereka mengatakan tidak ada, namun faktanya ada," imbuh dia.
Kesepakatan kursi Wagub DKI sebelumnya sudah disetujui untuk diserahkan kepada PKS. Namun jika kursi wakil gubernur itu benar-benar diduduki Riza dari Partai Gerindra, tentu ini sebagai konsekuensi yang harus ditanggung PKS. Sebab menurut Ujang, koalisi akan memudar seiring tidak sejalannya kepentingan parpol.
"Saya mengatakan koalisi di kita itu tak ada yang permanen. Karena bukan koalisi ideologis, tapi pragmatis, hanya berlandaskan kepentingan. Ketika kepentingannya berbeda, ini sudah pasti akan bercerai," ucap Ujang.
Perceraian PKS dan Gerindra, kata dia, sudah terlihat sejak Prabowo Subianto masuk dalam lingkaran Istana. Kritikan juga acap dilontarkan PKS terkait dengan kinerja Ketua Umum Partai Gerindra tersebut.
"Keretakan PKS dengan Gerindra, sudah retak sejak Prabowo jadi Menhan. Itu sudah retak. PKS kritik kebijakannya seperti Menhan sering ke luar negeri," ujar Ujang.
Sementara itu Ketua DPW PKS DKI Jakarta, Shakir Purnomo menegaskan PKS optimistis kadernya bakal menjadi wakil gubernur DKI. Untuk mewujudkan ini, PKS akan melakukan berbagai langkah.
"InsyaAllah kita akan terus berkomunikasi memperkenalkan kandidat," ujar dia kepada Liputan6.com, Selasa (21/1/2020).
Ia berharap proses pemilihan wakil gubernur DKI berjalan lancar. Pemilihan nanti diharapkan dapat dilakukan secara voting terbuka.
"Voting terbuka menurut saya keren banget. Kalau bisa dapat itu diputuskan oleh DPRD begitu menurut saya keren. Tapi kan kita lihat nanti prosesnya di DPRD. Nanti kami melalui fraksi akan usulkan, suarakan apakah bisa, kalau bisa terbuka menurut saya jadi keliatan siapa memilih siapa," ujar dia.
Meski demikian, Shakir mengaku akan lapang dada jika jagoannya keok dalam proses DPRD DKI Jakarta nanti. Menurutnya, hal itu merupakan hal biasa dalam sebuah kontestasi politik.
"Pasti ikhlas. Kompetisi kalah menang itu biasa. Kalau secara training (cek) kalah menang biasa yang penting juara. Jadi kami akan ikhtiar maksimal, pokoknya terus bismilah. Kita akan terus lakukan ikhtiar maksimal, berdoa," ucap Shakir optimis.
Sumber: Liputan6.com
Editor: Ari