Strategi Surya Paloh Muda Terbaca, Disebutkan Gunakan Politik ",Test The Water"

Strategi Surya Paloh Muda Terbaca, Disebutkan Gunakan Politik ",Test The Water"
Surya Paloh bersama Jokowi. (Ist)

BRITO.ID, BERITA KUPANG - Akademisi dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Mikhael Raja Muda Bataona mengatakan, Partai NasDem dan Surya Paloh sedang mempraktikkan strategi politik test the water atau mengetes psikologi dan reaksi publik tentang siapa yang layak diterima menjadi calon presiden (capres) 2024.

"Surya Paloh sedang menguji reaksi publik lewat pertemuan dengan Anies Baswedan, dan puncaknya adalah saat mereka mengundang Anies di acara pembukaan kongres yang biasanya dihadiri Presiden dan para ketua partai," kata Mikhael Bataona di Kupang, Kamis (14/11).

Dia mengemukakan hal itu terkait nama Anies Baswedan yang tidak disebutkan dalam Kongres Partai NasDem untuk menjadi calon presiden pada 2024.

Kongres Partai NasDem telah berakhir, dan Ketua Umum Nasdem Surya Paloh dicalonkan untuk menjadi Capres 2024, bukan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Menurut dia, walaupun Kongres Partai NasDem tidak menyebutkan nama Anies, tetapi dengan memberi panggung kepada Gubernur DKI itu, sesungguhnya Surya Paloh dan NasDem sedang mempromosikan Anies yang masuk dalam daftar mereka untuk 2024.

"Jadi ini murni test the water atau mengetes psikologi dan reaksi publik. Jika persepsi itu baik, maka mereka akan lanjut dengan hipotesis ini," katanya.

Tetapi jika di tengah jalan Anies dipersepsikan secara buruk dan tidak disukai basis konsituen NasDem, maka akan dievaluasi, kata pengajar Ilmu Komunikasi Politik dan Teori Kritis pada Fakultas Ilmu Sosial Politik Unwira itu.

"Sehingga, menurut saya, ini hanya sebuah cara NasDem mencari tahu reaksi apa yang akan diperoleh ketika mereka memberi panggung ke Anies," katanya.

Dia menambahkan, NasDem bisa saja mengatakan 'go to hell' atau persetan dengan persepsi atau pandangan masyarakat yang buruk terhadap Anies.

Tapi harus dipahami bahwa partai politik bernapas dari persepsi publik.

"Jadi saya kira, setelah beberapa bulan ke depan hal ini akan dievaluasi," kata Bataona yang juga pengajar investigative news dan jurnalisme konflik pada Fisip Unwira Kupang itu. (red)