Tanggapi Menag Yaqut Soal Kemenag Hadiah untuk NU, Ketua MUI Sumbar: Ambilah Kemenag Itu!....
Ketum MUI Sumbar yang juga Penggagas Gerakan Buya Baliak Basurau, Buya Gusrizal angkat suara soal pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang menyatakan Kementerian Agama (Kemenag) merupakan hadiah untuk Nahdlatul Ulama (NU), bukan umat Islam secara umum. “Bila pernyataan Yaqut diamini oleh NU, umat Islam di luar NU harus segera mengambil sikap karena kemerdekaan yang diperjuangkan seluruh umat bukanlah untuk menyerahkan kendali leher kita kepada sekelompok orang," katanya.
BRITO.ID, BERITA PADANG — Ketum MUI Sumbar yang juga Penggagas Gerakan Buya Baliak Basurau, Buya Gusrizal angkat suara soal pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang menyatakan Kementerian Agama (Kemenag) merupakan hadiah untuk Nahdlatul Ulama (NU), bukan umat Islam secara umum.
“Bila pernyataan Yaqut diamini oleh NU, umat Islam di luar NU harus segera mengambil sikap karena kemerdekaan yang diperjuangkan seluruh umat bukanlah untuk menyerahkan kendali leher kita kepada sekelompok orang," katanya.
“Tak perlu disurukkan lagi!. Sudah menjadi rahasia umum selama ini bahwa untuk mengisi jabatan tertentu dalam berbagai posisi di kemenag, haruslah dari orang-orang yang sesuai dengan pernyataan Yaqut tersebut,” katanya
Menurutnya, Selama ini, banyak pihak merasa segan untuk menyebutkan perkara ini demi menjaga persatuan umat.
Sekarang, segala perasaan ketidaknyaman atas sikap dan perlakuan yang tertahan di dalam dada, seperti tak berguna lagi untuk disimpan walaupun demi kesatuan umat dan bangsa.
“Karena apa yang dilontarkan oleh Yaqut dengan segala arogansi dan pemutarbalikan sejarah bangsa, telah menafikan peran umat dan mengumandangkan penjajahan sosial oleh sekelompok umat terhadap yang lain,” tuturnya.
Dirinya berharap organisasi sebesar NU tidak diam saja ketika mengetahui komentar Yaqut ini. Karena dirinya banyak mengenal tokoh NU yang tak terlintas dalam benak saya, akan berpandangan sama dengan pernyataan Yaqut tersebut.
“Tapi kalau semua mereka bersikap diam, sangat disayangkan kalau kita harus berkata, “ambillah Kemenag itu oleh tuan-tuan tapi kami bukanlah budak yang bisa tuan-tuan kendalikan," ujarnya.
Buya juga menyitir Surah Hud 88, “…Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) kemashlahatan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali”. (QS. Hud 11:88)”.
Sumber: Minangkabaunews.com
Editor: Ari