Dari Guru Honorer hingga Kepala Madrasah Digital: Kisah Perjalanan Doni Afrian Memimpin MAN 1 Muara Bungo

Dari Guru Honorer hingga Kepala Madrasah Digital: Kisah Perjalanan Doni Afrian Memimpin MAN 1 Muara Bungo
Doni Afrian bersama istri yang juga guru MAN. (Ist)

Awal Langkah: Dari Bangku Kuliah ke Dunia Pendidikan

Lahir dengan latar belakang pendidikan bahasa Arab, Doni Afrian, S.Pd., M.Pd.I menempuh pendidikan strata satu di jurusan Pendidikan Bahasa Arab. Tidak berhenti di sana, ia kemudian melanjutkan studi S2 di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Thaha Saifuddin Jambi, mengambil program Manajemen Pendidikan Islam.

Bidang yang digelutinya seakan menjadi jalan lapang untuk dunia yang ia pilih: pendidikan. Namun, jalan menuju posisi yang ia duduki sekarang tidak serta-merta mulus. Perjalanan panjang penuh tantangan justru menjadi warna dari karier Doni.

Mengawali Karier Sebagai Guru Honorer

Tahun 2005, Doni menapaki karier sebagai guru honorer di MAN 1 Muara Bungo. Jam mengajarnya hanya dua jam per minggu, itu pun bukan pelajaran sesuai jurusannya. Meski begitu, ia tetap menjalankan amanah dengan sepenuh hati.

“Awalnya hanya diberi jam seadanya. Tapi saya bersyukur, karena dari situlah pintu pengabdian ini terbuka,” ujarnya mengenang.

Dua tahun berselang, ia mulai dipercaya menjadi wali kelas. Posisi itu kemudian mengantarnya ke tanggung jawab lain: pembina UKS, PMR, drumband, hingga merintis ekstrakurikuler Tapak Suci, yang awalnya belum diakui resmi.

Berkat kerja keras dan semangat, Tapak Suci akhirnya menjadi kegiatan ekstrakurikuler resmi, bahkan melahirkan alumni yang kini telah menjadi guru.

Dari Laboratorium TIK ke Wakil Kepala Madrasah

Tahun 2010, Doni dipercaya menjadi Kepala Laboratorium TIK. Dari sinilah bakat dan ketertarikannya pada dunia digital semakin terlihat. Ia memanfaatkan perangkat seadanya untuk membuat sistem sederhana, termasuk penilaian berbasis Excel.

Pada 2013, kariernya kembali menanjak. Ia diangkat menjadi Wakil Kepala Madrasah Bidang Akademik dan Kelembagaan. Dari posisi inilah, Doni mulai memikirkan konsep besar digitalisasi madrasah.

Salah satu gagasan pentingnya adalah membuat aplikasi penilaian untuk Kurikulum 2013 (K13), yang saat itu masih dikerjakan secara manual. Aplikasi ini membantu guru dalam mengonversi nilai, mempermudah administrasi, dan menjadi pijakan awal digitalisasi madrasah.

Jalan Menuju Kepala Madrasah

Berbagai inovasi yang ia lakukan tidak luput dari perhatian. Pada Februari 2018, Doni resmi dilantik menjadi Kepala MAN 1 Muara Bungo.

Penunjukannya bukan tanpa alasan. Saat itu, dunia pendidikan sedang memasuki era Revolusi Industri 4.0, dan madrasah membutuhkan pemimpin yang visioner di bidang digital. Doni dianggap sosok yang tepat karena rekam jejaknya sebagai penggerak digitalisasi sejak masih menjadi wakil kepala.

“Ketika ditanya apakah sanggup memimpin digitalisasi madrasah, saya jawab: insyaallah, asal diberikan dukungan dan sumber daya. Itu yang saya pegang sampai sekarang,” ungkapnya.

Tantangan Pertama: UNBK dengan Tiga Server

Sebagai kepala baru, tugas pertamanya adalah mengawal Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Fasilitas saat itu jauh dari ideal—hanya ada tiga server dengan kapasitas terbatas.

Doni tidak hanya duduk sebagai pimpinan, melainkan turun langsung sebagai operator utama. Dibantu beberapa guru, ia memastikan sistem berjalan baik. Hasilnya, UNBK dapat terlaksana dengan lancar, bahkan mendapat apresiasi dari Kanwil Kemenag.

Ujian Semester Berbasis Android: Antara Skeptis dan Inovasi

Tantangan lebih berat datang pada pelaksanaan ujian semester berbasis Android. Inovasi ini sempat diragukan banyak pihak. Bahkan, hampir 90 persen guru pesimistis dan menganggap ujian berbasis Android akan gagal.

Namun, Doni tetap teguh. Ia melakukan koordinasi dengan PLN agar listrik tidak padam, menyiapkan server seadanya, hingga terus memotivasi guru.

Hari pertama pelaksanaan memang penuh kendala. Server macet, siswa kebingungan, dan guru pun makin ragu. Tapi semangat pantang menyerah membuat Doni mencoba strategi baru. Hari kedua, sistem diubah menjadi semi-online: sebagian berbasis server, sebagian berbasis perangkat siswa.

Hasilnya? Ujian berjalan, meski dengan beberapa hambatan teknis. Inovasi itu menjadi tonggak penting digitalisasi madrasah, sekaligus bukti bahwa perubahan besar selalu berawal dari keberanian mencoba.

Membawa MAN 1 Muara Bungo ke Era Digital

Sejak saat itu, Doni terus mendorong berbagai digitalisasi di MAN 1 Muara Bungo. Mulai dari sistem raport online, administrasi berbasis aplikasi, hingga sistem ujian digital yang semakin matang dari tahun ke tahun.

Transformasi ini memang tidak mudah. Keterbatasan anggaran untuk server, hosting, hingga domain menjadi tantangan tersendiri. Namun, dengan semangat gotong royong dan kerja sama guru, pelan-pelan semua bisa terwujud.

Kini, madrasah yang dulu masih mengandalkan sistem manual telah berubah menjadi salah satu madrasah yang terdepan dalam pemanfaatan teknologi digital di Jambi.

Filosofi Kerja: Fokus pada Tanggung Jawab

Ketika ditanya apakah sejak awal ia bercita-cita menjadi kepala madrasah, Doni menggeleng.

“Tidak ada ambisi menjadi kepala madrasah. Saya hanya berusaha fokus pada apa yang ditugaskan. Kalau diberi amanah, ya kerjakan dengan sungguh-sungguh. Hasilnya biar Allah yang atur,” katanya.

Filosofi sederhana itulah yang menjadi pegangan. Bukan mencari jabatan, melainkan bekerja sepenuh hati. Dan dari kesungguhan itu, jalan kariernya terbuka dengan sendirinya.

Inspirasi untuk Guru dan Siswa

Kini, setelah hampir dua dekade mengabdi, Doni Afrian dikenal sebagai kepala madrasah visioner yang berhasil membawa MAN 1 Muara Bungo ke era digital.

Perjalanan dari guru honorer dengan dua jam mengajar per minggu hingga menjadi pemimpin madrasah adalah cerita inspiratif yang layak dikenang. Ia membuktikan bahwa inovasi, kerja keras, dan keikhlasan adalah kunci untuk mengubah wajah pendidikan.

Bagi guru, kisahnya menjadi pengingat bahwa pengabdian dan profesionalisme adalah fondasi utama. Bagi siswa, ia menjadi teladan bahwa teknologi bukan ancaman, melainkan peluang untuk berkembang.

“Kalau kita mau belajar dan berusaha, insyaallah jalan selalu ada,” pesan alumnus Ponpes Darunnajah Cipining ini. (*)

Oleh: Ari Widodo – Jurnalis Brito.id