Harga TBS Naik Tapi Buah Trek, Petani: Nggak Ada Artinya!

Harga TBS Naik Tapi Buah Trek, Petani: Nggak Ada Artinya!
Aktivitas jual beli sawit. (Romi/brito.id)

BRITO.ID, BERITA MUAROJAMBI - Harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani mulai membaik. Kendati demikian tidak serta merta membuat petani sumringah. Pasalnya, sawit milik petani rata-rata sedang mengalami masa trek. 

"Ya, harga naik. Tapi, buah sedang trek. Jadi nggak ada artinya sama saja," kata petani asal Desa Sekernan, Sumar Jum'at (12/12).

Sumar mengatakan, harga tandan buah segar sempat anjlok hingga Rp650 perkilogram. Namun, sejak akhir November harga TBS di tingkat petani berangsur membaik. Harga TBS saat ini telah mencapai Rp1.200 perkilogram. 

"Ada juga yang sampai Rp1.300 perkilo, tergantung buahnya," ujar Sumar. 

Sumar sendiri pesimis dengan kenaikan harga tersebut. Sumar meyakini dalam dua bulan ke depan harga TBS akan kembali anjlok. 

"Ini cuman trik perusahaan, kalau lagi akhir tahun dinaikkan. Habis itu pasti turun lagi. Itu biasa terjadi. Apalagi kalau buah lagi trek, pasti harga naik," katanya. 

Sumar mengatakan, yang diinginkan petani sawit sebenarnya kestabilan harga. Berbeda dengan yang terjadi selama ini. Saat buah sawit milik petani bagus, maka harga tiba-tiba anjlok. Para petani akhirnya tidak dapat menikmati hasil kebunnya. 

"Kalaupun harga saat ini naik, kami tidak bisa juga menikmati. Buah sawit sedang trek, jadi hasil yang kita dapat sama saja," ujarnya. 

Hal senada turut dingkapkan pengepul sawit bernama Martono. Pria asal Desa Sekernan ini mengatakan bahwa penghasilannya dari mengepul sawit tidak mengalami peningkatan sekalipun harga sawit telah meningkat. 

"Buah sawit itu trek, jadi yang kita panen itu cuman sedikit. Kecuali kalau buah melimpah dan harga bagus. Maka penghasilan kami juga meningkat," ujarnya. 

Martono mengatakan, petani sawit di Desa Sekernan belakangan ini memang tidak bersemangat merawat tanaman sawitnya. Masalahnya, harga TBS terlalu sering anjlok sehingga petani tidak mampu merawat dan memupuk tanaman sawitnya. 

"Sawit itu harus dirawat dan dipupuk. Kalau tidak, maka akan trek seperti sekarang ini," kata Martono.

Penulis: Romi Raden
Editor: Ari