Kisruh SMB! Bahren Nurdin: Pemerintah Jangan Diam, Selamatkan Anak-anak

Kisruh SMB! Bahren Nurdin: Pemerintah Jangan Diam, Selamatkan Anak-anak
Bahren Nurdin. (Ist)

BRITO.ID, BERITA JAMBI - Kisruh SMB (Serikat Mandiri Batanghari)  dengan perusahaan WKS yang berujung aksi penyerangan dan penganiayaan terhadap aparat keamanan TNI dan Polri, tentunya menjadi tontonan khalayak ramai. 

Bahren Nurdin, Pengamat Sosial Jambi, mengatakan sangat prihatin dengan keadaan saat ini yang berimbas kepada anak-anak SMB.

"Dua hari terakhir masyarakat Jambi dikejutkan dengan viralnya video ‘penganiayaan’ kelompok SMB terhadap aparat keamanan TNI dan Polri di wilayah perusahaan Wira Karya Sakti (WKS). Darah mengalir dan kekerasan jadi tontonan. Rasanya miris dan sedih. Negeri kita seakan benar-benar telah kehilangan nilai-nilai kemanusiaan," terang Bahren. 

Dia tidak ingin mendiskusikan kasus ini dari sisi konflik agraria dan hukum. Diketahui bahwa konflik agraria diyakini akan masih menjadi salah satu persoalan yang tidak pernah habisnya di negari ini. Entah berapa banyak nyawa telah melayang. *Entah berapa ribu pula anak-anak kehilangan orang tua. Di berbagai daerah, dari waktu ke waktu seakan terus berlangsung," katanya. 

Bahren juga mengatakan dirinya tidak akan mengomentari persoalan hukum dari kejadian ini. Para penegak hukumlah yang akan mengambil tindakan atas mereka-mereka yang telah melawan hukum. Ini negara hukum. Tidak ada satu tindakan pun yang kebal hukum di negeri ini. Kata orang Jambi, ‘tangan menyincang, bahu memikul’. Harus dipertanggungjawabkan!

"Saat ini, yang menjadi perhatian saya adalah kondisi anak-anak di lokasi konflik ini. Baik orang tuanya yang terlibat langsung maupun yang hanya terdampak. Saya tidak bisa membayangkan betapa terganggunya mental atau psikis anak-anak di sana," ungkapnya.

Mereka pasti sangat ketakutan menyaksikan ratusan aparat keamanan ‘berpakaian perang’, bersenjata lengkap, dengan kendaraan-kendaraan yang mungkin belum pernah mereka lihat sebelumnya. Ketika seharusnya mereka bermain bersama, tiba-tiba harus menyaksikan orang tua mereka ditangkap dan digelandang. 

"Yakinlah, sebagian besar dari mereka selama ini tidak pernah tahu apa yang orang tua mereka kerjakan. Pasti mereka kaget melihat kampung mereka harus menjadi ‘medan perang’. Siapa yang berani menjawab pertanyaan mereka, ‘ada apa?," katanya.

Boleh jadi, orang tua mereka pun tidak pernah berpikir sejauh ini dampaknya. Tidak terpikirikan oleh mereka, anak dan isteri merekalah yang menjadi korban sebenarnya. Mereka terlalu memperturutkan amarah yang ada pada diri.

"Terlepas pihak mana yang salah dan benar, tidakkah semua bisa diselesaikan dengan cara-cara yang lebih konstitusional? Maka dari itu, tidak ada kata lain, selamatkan anak-anak," tegas Bahren. 

Bahren mengatakan, semua pihak harus turun tangan. Pihak keamanan (Polisi dan TNI) juga harus langsung turun tangan mengatasi hal ini. Turunkan tim rekondisi pasca konflik (tanpa pakaian dinas dan senjata). 

Dalam hal ini Pemerintah juga tidak boleh hanya jadi penonton. Turunkan personil dari institusi terkait seperti Dinas Pemeberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk. Para relawan dari berbagai organisasi kemanusiaan harus segera aksi. 

Diantaranya, bentuk trauma center. Idenfikasi anak-anak yang orang tuanya terlibat langsung kasus ini khususnya yang saat ini sedang berada dalam tahanan kepolisian. Rangkul mereka. Beri penjelasan yang sepantasnya kepada mereka. Yakinkan mereka dalam keadaan aman dan nyaman.

Bagi mereka yang saat penangkapan mungkin melihat langsung apa yang terjadi, beri penjelasan dan pemahaman bahwa Polisi dan Tentara sedang bertugas. Yakinkan pula kepada mereka bahwa ayah mereka sedang mempertanggungjawabkan atas apa yang mereka lakukan.

Jadikan kejadian ini sebagai salah satu media untuk mengajari, memberi pemahaman, membangun dan mejaga nilai-nilai kemanusiaan mereka. Sampaikan pesan-pesan moral kepada mereka. Sayangi sesama anak bangsa. Tidak boleh main hakim sendiri, dan lain sebagainya. 

Selanjutnya, pastikan sekolah mereka tidak terganggu. Bagaimana pun kondisinya di sana saat ini, sekolah harus tetap berjalan seperti biasa. Pastikan guru dan murid bisa ke sekolah dengan aman tanpa gangguan dari pihak mana pun. Jika sekolah ada di lokasi konflik, tidak salah juga, pihak keamanan (tanpa pakaian seragam dan senjata), melakukan pengamanan di seputaran sekolah. "Jika sekolah jauh dari sana, yakinkan orang tua (ibu) yang mengantar anaknya, juga dalam keadaan tanpa was-was," katanya.

Menurut Bahren, diyakini kasus ini akan berjalan panjang. Anak-anaklah yang akan mendapatkan dampak negatifnya. Bagaimana pun, mereka tidak akan terima dengan keadaan ini. Kehilangan orang tua tanpa alasan yang mereka tidak mengerti itu pasti sulit. "Mereka sangat butuh perhatian dan pendampingan. Maka dari itu saya mengajak Pemerintah dan pihak terkait,  Ayo Selamatkan anak Negeri," pungkasnya. (RED)

Reporter : Dewi Anita