Politik Jangan Baperan: Saatnya Dewasa dalam Demokrasi

Oleh :Ari Widodo*
BRITO.ID, BERITA JAMBI -Pilkada Bungo 2024 telah berakhir. Rakyat telah menggunakan hak pilihnya dan menetapkan Dedy Dayat sebagai pemenang. Ini adalah hasil dari proses panjang demokrasi yang harus dihormati semua pihak, baik yang menang maupun yang belum beruntung.
Namun di setiap pesta demokrasi, selalu ada yang menang dan ada yang kalah. Di sinilah ujian sesungguhnya bagi kedewasaan politik kita: apakah kita mampu menerima realitas dengan lapang dada, atau justru terjebak dalam luka batin dan baper berlarut-larut?
Baper dalam politik hanya akan menjadi racun dalam pembangunan. Ketika perasaan pribadi lebih dominan daripada kepentingan bersama, maka kebencian akan mengalahkan akal sehat. Orang-orang mulai mencari-cari kesalahan, memfitnah, bahkan memecah belah masyarakat dengan narasi dendam.
Padahal, hakikat politik adalah pengabdian, bukan ajang melampiaskan sakit hati. Bungo membutuhkan pemimpin dan masyarakat yang matang, yang mampu memisahkan urusan pribadi dari kepentingan umum.
Ingat, politik itu dinamis. Hari ini menang, besok bisa kalah. Hari ini kalah, esok bisa menang. Yang abadi bukan jabatan, melainkan kontribusi yang nyata untuk daerah.
Mari berpolitik dengan jiwa besar. Hormati pemenang, beri kritik yang membangun, dan terus berjuang dengan cara yang bermartabat. Karena pada akhirnya, yang diingat oleh sejarah bukanlah siapa yang menang, tetapi siapa yang menjaga martabatnya dalam setiap keadaan.
Politik Jangan Balas Dendam: Karena Yang Kita Bangun Adalah Masa Depan
Selesainya Pilkada Bungo 2024 adalah awal, bukan akhir. Bukan waktunya lagi untuk menghitung luka, bukan pula saatnya membuka catatan dendam lama. Pilkada adalah instrumen memilih pemimpin, bukan medan perang yang harus menyisakan korban.
Balas dendam dalam politik hanya akan memperburuk luka masyarakat. Jika kekuasaan digunakan untuk membalas dendam kepada lawan politik, maka demokrasi kehilangan maknanya. Pemerintahan yang lahir dari dendam hanya akan melahirkan ketidakadilan, mempersempit ruang partisipasi publik, dan menghambat pembangunan.
Sebaliknya, kemenangan harus digunakan untuk merangkul, bukan memukul. Pemimpin terpilih harus menunjukkan bahwa ia adalah pemimpin semua rakyat, bukan hanya pemimpin para pendukungnya.
Bagi yang kalah, jangan pula menjadikan kekalahan sebagai alasan untuk menghalangi pemerintahan baru. Demokrasi memberi ruang untuk oposisi, tetapi oposisi yang sehat: yang mengkritik dengan fakta, yang mengingatkan dengan santun, dan yang tetap mencintai daerah ini.
Bungo butuh semua kekuatan, semua ide, dan semua hati yang bersatu.
Karena di atas semua perbedaan politik, kita adalah warga yang ingin melihat Bungo lebih maju, lebih adil, dan lebih sejahtera.
Mari kita bangun tradisi politik yang sehat:
- Politik yang ikhlas menerima hasil,
- Politik yang bijak dalam mengkritik,
- Politik yang berani merangkul perbedaan,
- Politik yang mengedepankan pembangunan, bukan dendam.
Masa depan Bungo terlalu berharga untuk dikorbankan hanya karena luka politik sesaat.(*)
* Pengamat Politik Pinggiran