Maaher Menangis! Dianggap "Nakal": Sejak Masuk Tahanan Ini Cemeti Buat Saya
Tangis Soni Eranata atau dikenal juga sebagai ustadz Maaher At Thuwailibi pecah. Dia tak menyangka cuitannya yang menyinggung ulama karismatik Nahdlatul Ulama (NU) Habib Luthfi bin Yahya membuatnya mendekam di tahanan. Dia berharap bisa lepas dari jerat hukum.

BRITO.ID, BERITA JAKARTA - Tangis Soni Eranata atau dikenal juga sebagai ustadz Maaher At Thuwailibi pecah. Dia tak menyangka cuitannya yang menyinggung ulama karismatik Nahdlatul Ulama (NU) Habib Luthfi bin Yahya membuatnya mendekam di tahanan. Dia berharap bisa lepas dari jerat hukum.
"Kalau pun saya ini dianggap orang nakal ya, ustaz nakal, rangkul saya. Rangkullah saya teman-teman, jangan saya dianggap musuh. Rangkul," kata Maaher dalam wawancara eksklusif bersama tim Blak-blakan detikcom, Sabtu (5/12/2020).
Maaher bercucuran air mata. Dia mengaku tak nyenyak tidur di tahanan karena memikirkan istri dan dua orang anaknya hidup tanpa dirinya di kontrakan dua kamar di wilayah Kota Bogor, Jawa Barat.
Maaher mengatakan, dirinya adalah tulang punggung keluarga. Dia menghidupi istri dan dua anaknya yang berusia 3 tahun dan 1 tahun. "Makanya saya itu, masyaAllah mau mati rasanya di sini karena penghasilan itu hanya di saya," ujar Maher.
Terkait cuitannya di Twitter yang dinilai menghina Habib Luthfi, Maaher berdalih itu hanya kesalahpahaman. Menurut Maaher dia sebenarnya tidak berniat menghina Habib Luthfi. Sebelum ditangkap dia mengaku sudah berniat merencanakan berangkat menemui Habib Luthfi untuk mencium tangan dan meminta maaf.
Namun Maaher menyadari ada konsekwensi dari cuitannya itu. Dia mengatakan, proses hukum yang dihadapinya kini menjadi cambuk pembelajaran. Maaher mengaku ke depan akan introspeksi diri.
"Maka saya masuk di sini, ini cemeti buat saya. Cemeti buat apa? Saya gini pak, saya boleh berargumentasi dan mengaku bahwa saya tidak berniat menghina Habib Luthfi, tapi faktanya ada orang, ada pihak yang tersinggung, mau tidak mau saya harus minta maaf kepada pihak yang merasa tersinggung, kepada teman-teman yang mengidolakan Habib Luthfi, dan termasuk Habib Luthfi sendiri," kata Maaher.
Ini kan bukan soal politik, bukan soal apapun kan, tapi karena memang adanya orang yang tersinggung. Saya mau ngapain, saya harus membela diri gimana?," sambungnya. Dia juga mengakui kasusnya ini bukanlah kriminalisasi terhadap ulama.
Maaher mengaku menyadari ucapannya di medsos kerap dikritik, bahkan mengundang kemarahan. Terkait bahasanya yang dinilai kasar sebagai seorang ustadz, Maaher menyebut itu karena dirinya tumbuh besar di lingkungan yang keras. Dia mengaku tumbuh besar di Medan, Sumatera Utara dan baru hijrah ke Kota Bogor, Jawa Barat, sekitar 6 tahun lalu.
"Masalah kasar itu kultur," katanya.
"Kepribadian seseorang itu kan terbentuk karena lingkungan ya. Maka coba teman-teman bantu saya untuk lihat lingkungan saya teman-temannya siapa. Saya di Bogor itu sendiri lho. Cuma kita berdua (dengan istri-red), berempat sama anak kecil-kecil," jelas Maaher.
Maaher kini berharap dirinya bisa bebas dari jerat hukum atas kasus penghinaan terhadap Habib Luthfi bin Yahya. Dia berjanji ke depan akan berubah jadi pribadi yang lebih baik.
"Semenjak saya masuk penjara ini, semenjak saya masuk ke tahanan ini cemeti buat saya. Bahwa kita ini sebagai ustadz sebagai dai harus instrospeksi diri lah, muhasabah. Nggak selamanya kita sebagai ustadz itu bener. Tapi saya ingin saya dirangkul, saya ingin dijadiin teman biar saya berubah. Jangan saya dianggap musuh, dijebloskan ke penjara, kemudian saya dianggap musuh bangsa, musuh negara, nggak saya nggak mau karena saya cinta NKRI," jelasnya.
Sumber: Detikcom
Editor: Ari