WHO Beri Saran ke LGBT, Cacar Monyet Dapat Menular Seks Sesama Jenis!

World Health Organization (WHO) menegaskan wabah monkeypox atau cacar monyet yang terjadi di banyak negara sangat mengkhawatirkan. Pasalnya penyakit itu muncul di negara yang bukan endemi cacar monyet.

WHO Beri Saran ke LGBT, Cacar Monyet Dapat Menular Seks Sesama Jenis!
Getty Images/iStockphoto/ktsimage

BRITO.ID, BERITA JAKARTA - World Health Organization (WHO) menegaskan wabah monkeypox atau cacar monyet yang terjadi di banyak negara sangat mengkhawatirkan. Pasalnya penyakit itu muncul di negara yang bukan endemi cacar monyet.

Dalam keterangan di laman resminya, WHO menyebut beberapa kasus telah diidentifikasi melalui klinik kesehatan seksual di komunitas gay, biseksual dan laki-laki lain yang berhubungan seks dengan laki-laki.

Namun WHO menegaskan bahwa risiko cacar monyet tidak terbatas pada pria yang berhubungan seks dengan pria. Siapa pun yang memiliki kontak dekat dengan seseorang yang menular berisiko.

"Mengingat virus sedang diidentifikasi di komunitas ini, mempelajari tentang cacar monyet akan membantu memastikan bahwa sesedikit mungkin orang terpengaruh dan wabah dapat dihentikan," beber WHO.

WHO mengatakan bahwa penularan cacar monyet kasus ini ditemukan di komunitas gay, biseksual dan laki-laki lain yang berhubungan seks dengan laki-laki. Transgender dan orang yang beragam gender juga mungkin lebih rentan dalam konteks wabah saat ini.

Gejalanya meliputi:

- Ruam dengan lepuh di wajah, tangan, kaki, mata, mulut dan/atau alat kelamin

- Demam

- Pembengkakan kelenjar getah bening

- Sakit kepala

- Nyeri otot

- Lemah

Cacar monyet dapat menyebar selama kontak kulit-ke-kulit yang dekat saat berhubungan seks, termasuk ciuman, sentuhan, seks oral dan penetrasi dengan seseorang yang memiliki gejala. Hindari melakukan kontak dekat dengan siapa pun yang memiliki gejala.

"Menstigmatisasi orang karena penyakit tidak pernah baik-baik saja. Siapapun bisa mendapatkan atau menularkan cacar monyet, terlepas dari seksualitas mereka," tegas WHO.

Sumber: detikHealth

Editor: Ari