Akibat Seks Bebas, 11 Orang di Muarojambi Diduga Terjangkit HIV/AIDS

BRITO.ID, BERITA MUAROJAMBI - Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4.
Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang berbagai penyakit Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang disebut Acquired Immune Deficiency Syndrome atau AIDS.
AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.
Sampai saat ini belum ada obat untuk menangani HIV dan AIDS. Akan tetapi, ada obat untuk memperlambat perkembangan penyakit tersebut, dan dapat meningkatkan harapan hidup penderita.
"Saat ini di data kita ada sebelas orang rutin makan obat akibat terinfeksi HIV. Baik obat yang kita berikan langsung atau yang mereka ambil sendiri di rumah sakit yang kita tunjuk," ungkap Plt Kepala Dinas Kesehatan Muarojambi Yes Isman kepada BRITO.ID Kamis (26/12/19).
Dikatakan Yes Isman, pihaknya selalu melakukan pendampingan maupun pemberian obat secara rutin kepada penderita.
Dinkes pun selalu mencatat dan melakukan pendeteksian terhadap keluarga penderita maupun orang-orang yang dinilai berpotensi tertular virus HIV. Pengetesan pun tak cukup dilakukan sekali namun sampai tiga kali dalam rentang waktu tertentu.
"Kemungkinan penderita yang belum kita temui itu bisa saja terjadi. Makanya kita selalu melakukan pengecekan, kita tes pakai Rapid atau alat tes cepat HIV," terangnya.
Sesuai aturan, Yes tidak bisa membuka identitas maupun alamat penderita HIV. Dari sebelas penderita ini, dua orang terdeteksi di tahun ini, sementara sembilan orang lainnya adalah penderita yang telah terdeteksi sejak tahun lalu.
"Rata-rata terinfeksi akibat hubungan seks bebas. Sebagian besar dewasa namun ada juga yang anak-anak, mereka ini tertular dari orangtuanya. Kendati demikian, tidak semua anak dari orangtua yang terinfeksi HIV otomatis menular ke anaknya," katanya.
"Persentasenya sekitar 10 persen anak yang ibunya menderita HIV tidak tertular. Tergantung. Semisal apakah sang anak disusui sang ibu atau tidak, makanya kita selalu melakukan pengecekan terhadap anak-anak yang orangtuanya terinfeksi," papar Yes.
Dalam melakukan pendampingan ini, Dinkes juga menggandeng pegiat HIV/AIDS seperti Jaringan Orang Terinfiksi (JOTI). Pasalnya, ada juga keluarga yang terkadang masih tertutup dan tidak terima kedatangan rutin petugas kesehatan.
"Kita gandeng JOTI karena terkadang dari keluarga tidak menerima dan takut ketahuan sama tetangga ataupun lingkungan sekitarnya," pungkas Yes Isman.
Penulis: Raden Romi
Editor: Rhizki Okfiandi