Beredar Himbauan Larang Warga NU Bersekolah di Aset Muhammadiyah, Hoax!

Beredar gambar Ketua Umum Muhammadiyah Haedar Nashir dengan dilengkapi narasi yang memicu kontroversi di kalangan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) beredar dan riuh di media sosial, baik di Twitter maupun grup-grup WhatsApp.

Beredar Himbauan Larang Warga NU Bersekolah di Aset Muhammadiyah, Hoax!
Istimewa

BRITO.ID, BERITA JAKARTA - Beredar gambar Ketua Umum Muhammadiyah Haedar Nashir dengan dilengkapi narasi yang memicu kontroversi di kalangan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) beredar dan riuh di media sosial, baik di Twitter maupun grup-grup WhatsApp.

Narasi tersebut berbunyi: “Himbauan kepada warga Nahdlatul Ulama (NU), untuk tidak menyekolahkan anak-anaknya di sekolah Muhammadiyah. Karna kami ingin menjaga kondusifitas dan asset milik kami. Tolong warga NU tepo seliro dan tahu diri”.

Menanggapi informasi tersebut, pria bergelar profesor di bidang Ilmu Sosiologi melalui akun Twitter resminya, @HaedarNs, menegaskan gambar dan narasi yang beredar di media sosial itu merupakan informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan atau hoaks.

“Selama ini, hadirnya lembaga pendidikan, kesehatan, dan sosial Muhammadiyah untuk semua kelompok dan golongan, tidak terbatas pada suku, agama, dan kelompok tertentu,” tulisnya dalam unggahan pada Jumat (6/3/2020).

Sebelumnya, narasi sejenis juga menimpa Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Sunanto. Melalui akun Twitter resmi Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, @PPPemudaMu pada Rabu (4/3/2020), telah menegaskan informasi yang memuat foto Cak Nanto serta narasi tersebut merupakan kabar bohong.

‘Gesekan’ antara NU dan Muhammadiyah itu akhir-akhir ini kembali terjadi, hal ini dipicu oleh gagalnya Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Yogyakarta menggelar pengajian akbar peringatan Hari Lahir atau Harlah Nahdlatul Ulama ke-94 yang rencana awal akan digelar di Masjid Gedhe Kauman Kota Yogyakarta, Kamis, (5/3/2020).

Bukan tanpa sebab Pengurus Cabang NU ingin menggelar harlah di masjid milik Keraton Yogyakarta itu. Awalnya mereka hendak merayakan harlah sembari merangkul ‘saudara tua’ dari kalangan Muhammadiyah yang memang dikenal memiliki basis masa besar di kawasan Kauman itu.

Namun di tengah jalan, acara yang sudah mengantongi persetujuan penggunaan masjid dari pihak Keraton Yogyakarta itu mendapat tentangan. Muncul sejumlah spanduk penolakan acara harlah itu di Masjid Gedhe Kauman.

Sebagian besar spanduk menolak dengan alasan utama karena penceramahnya ulama Ahmad Muwafiq alias Gus Muwafiq. Pada akhir 2019, ceramah Gus Muwafiq sempat menjadi polemik dan dilaporkan ke polisi atas dugaan penistaan agama karena ceramahnya dianggap melecehkan Nabi Muhammad SAW. Gus Muwafiq sendiri telah memberikan klarifikasi dan meminta maaf terkait ceramahnya itu.

Sekretaris PCNU Kota Yogyakarta Abdul Su’ud mengatakan awalnya memilih lokasi harlah di Masjid Kauman karena menilai itu masjid umum. Namun karena yang pertama melayangkan penolakan itu Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta, pihaknya melakukan silaturahmi ke PDM.

“Dari PDM sebenarnya sudah tidak masalah. Namun kami tetap ingin menjaga kondusivitas, jadi lokasinya pindah,” kata Su’ud.

Ketua Takmir Masjid Gedhe Kauman Azman Latif mengatakan, munculnya penolakan harlah NU tersebut kemungkinan besar karena tokoh penceramah yang dihadirkan, yakni Gus Muwafiq. “Kalau soal penolakan warga itu lebih kepada pembicaranya. Spanduk-spanduk itu dari warga sekitar atau jemaah di sini,” kata dia.

Latif mengatakan pihaknya sendiri terbuka masjid Kauman digunakan oleh siapa saja, baik warga NU atau pun Muhammadiyah. “Kami kira tidak pernah ada masalah antara NU dan Muhammadiyah,” ujarnya.

Sumber: indopolitika.com
Editor: Ari