Stunting Masih Meningkat di Bungo, Tantangan PR Baru bagi Pencegahan!

Stunting Masih Meningkat di Bungo, Tantangan PR Baru bagi Pencegahan!
Kadinkes dr Safaruddin Matondang.

BRITO.ID, BERITA JAMBI - Di tengah berbagai upaya pencegahan yang telah dilakukan, Kabupaten Bungo justru mencatat peningkatan angka stunting sekitar 6,7 persen. Fakta ini disampaikan oleh dr. H. Safaruddin Matondang, M.P.H, yang selama ini aktif memimpin langkah penanganan kesehatan masyarakat di daerah tersebut.

Dalam wawancara, Safaruddin menegaskan bahwa pemerintah daerah bersama berbagai pihak sudah berusaha keras menekan angka stunting. Kerja sama dengan Pengadilan Agama telah dijalin untuk mengurangi praktik pernikahan dini, sebuah faktor yang terbukti berkontribusi pada tingginya kasus gizi buruk. Sosialisasi juga gencar dilakukan di puskesmas dan melalui lembaga penyiaran lokal seperti Radio BassFM Bungo, dengan harapan masyarakat lebih memahami pentingnya gizi dan pola asuh anak.

Namun, hasil di lapangan belum sesuai harapan. Stunting tetap meningkat. Mengapa? Safaruddin menjelaskan bahwa akar persoalan stunting sangat kompleks. Pernikahan usia dini masih marak, yang berujung pada kehamilan berisiko tinggi. Kondisi ini seringkali melahirkan bayi dengan berat badan rendah, awal dari rentetan masalah gizi.

Selain itu, masih banyak keluarga yang kurang memahami pentingnya gizi seimbang dalam tumbuh kembang anak. Kesadaran untuk memberikan asupan makanan bergizi belum merata. Situasi diperparah dengan kondisi ekonomi masyarakat. Harga pangan sehat seperti ikan, telur, dan susu terus meningkat, membuat keluarga berpenghasilan rendah kesulitan memenuhi kebutuhan gizi anak-anak mereka.

Sanitasi lingkungan juga menjadi masalah lain. Akses air bersih yang tidak merata dan kebiasaan hidup bersih yang belum konsisten, menambah risiko anak mengalami gangguan tumbuh kembang.

Safaruddin menegaskan bahwa penanganan stunting tidak bisa hanya menjadi tanggung jawab dinas kesehatan. “Ini pekerjaan besar yang harus melibatkan semua pihak, mulai dari pemerintah desa, tokoh agama, sampai keluarga. Kalau hanya kesehatan yang bekerja, hasilnya tidak akan maksimal,” ujarnya.

Jika melihat data nasional, hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2024 menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia berada di angka 19,8 persen. Pemerintah pusat pada 2029 harus mengejar turun di 14,9 persen. Artinya, setiap daerah termasuk Bungo, memiliki peran penting untuk mencapai target nasional tersebut.

Berdasarkan data, prevalensi balita stunting di Kabupaten Bungo hasil SKI 2023 sebesar 13,7 persen. Namun, pada 2024 hasil SSGI menunjukkan peningkatan menjadi 20,4 persen. Data inputan EPPGBM juga mencatat ada 269 balita stunting. Pemerintah daerah menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen pada 2024 dan 12 persen pada 2025 sesuai RPJMD.

Sejumlah upaya sudah dilakukan, antara lain penerapan SISI Medika (Sistem Informasi Medis Dispensary Isolasi), Teralis Puskesmas (dokter spesialis di puskesmas), inovasi PMT, aksi bergizi di sekolah dengan aktivitas fisik, pemberian TTD remaja putri setiap minggu, serta edukasi. Selain itu, kampanye juga dilakukan lewat radio dengan menghadirkan kepala dinas, dokter spesialis, hingga BPJS, serta pembentukan Klinik Asuh Stunting.

Namun, dengan meningkatnya stunting di Bungo sebesar 6,7 persen, tantangan menjadi semakin berat. Alih-alih bergerak mendekati target nasional, Bungo justru menghadapi kenaikan angka. Hal ini menandakan bahwa program pencegahan yang ada masih perlu dievaluasi secara serius.

Pemerintah pusat mendorong agar daerah mengintegrasikan program kesehatan, pendidikan, dan perlindungan sosial. Mulai dari intervensi gizi spesifik seperti pemberian makanan tambahan dan suplementasi, hingga intervensi gizi sensitif berupa perbaikan sanitasi, penyediaan air bersih, dan peningkatan ketahanan pangan.

Bagi masyarakat Bungo, angka stunting bukan sekadar statistik, melainkan cermin masa depan generasi. Jika masalah ini tidak segera diatasi, maka yang dipertaruhkan adalah kualitas sumber daya manusia di masa mendatang.

(Ari Widodo)