Butuh Satu Jam Katulampa Naik Siaga 1, Masyarakat Harus Waspada

Fenomena kenaikan tinggi air di Bendung Katulampa berlangsung cepat. Dalam hitungan 1 jam, siaga 4 menjadi siaga 1. Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam keterangannya, Senin (21/9), faktor penyebabnya adalah tingginya intensitas hujan di sebagian besar wilayah Bogor.

Butuh Satu Jam Katulampa Naik Siaga 1, Masyarakat Harus Waspada
Petugas BPBD Kota Bogor memantau tinggi muka air sungai Ciliwung di Bendung Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (1/1/2020). Foto: ANTARA FOTO/Arif Firmansyah

BRITO.ID, BERITA JAKARTA - Fenomena kenaikan tinggi air di Bendung Katulampa berlangsung cepat. Dalam hitungan 1 jam, siaga 4 menjadi siaga 1. Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam keterangannya, Senin (21/9), faktor penyebabnya adalah tingginya intensitas hujan di sebagian besar wilayah Bogor.

"BNPB meminta masyarakat dan pemangku kebijakan di daerah setempat untuk mengantisipasi adanya potensi bencana yang dapat dipicu oleh faktor cuaca dan fenomena alam tersebut dan meningkatkan kesiapsiagaan," demikian penegasan Raditya Jati.

Raditya melaporkan, BPBD Kota Bogor melaporkan adanya kenaikan level Tinggi Muka Air (TMA) Bendung Ciliwung-Katulampa hingga 250 sentimeter (Cm) pada Senin (21/9) pukul 18.18 WIB. Dengan adanya kenaikan TMA tersebut, maka status dinaikkan menjadi Siaga 1.

Adapun kronologi kenaikan TMA tersebut adalah; Pukul 17.00 WIB/TMA 0 cm/Gerimis Halus (Siaga 4), Pukul 17.49 WIB/TMA 40 cm/Gerimis (Siaga 4), Pukul 17.53 WIB/TMA 120 cm/Hujan (Siaga 3), Pukul 17.58 WIB/TMA 170 cm/Hujan (Siaga 2), Pukul 18.04 WIB/TMA 200 cm/Hujan (Siaga 2), Pukul 18.10 WIB/TMA 220 cm/Hujan (Siaga 1), Pukul 18.17 WIB/TMA 240 cm/Hujan (Siaga 1) dan Pukul 18.18 WIB/TMA 250 cm/Hujan (Siaga 1).

Sebagai informasi, BPBD Kota Bogor juga melaporkan adanya 13 kelurahan yang berada di bantaran Sungai Ciliwung. Adapun keseluruhan wilayah kelurahan tersebut adalah Sindangrasa, Tajur, Katulampa, Sukasari, Baranangsiang, Babakan Pasar, Sempur, Tanah Sareal, Bantarjati, Cibuluh, Kedung Badak, Sukaresmi dan Kedung Halang. 

"Masyarakat diharapkan tidak terpengaruh dengan segala bentuk informasi yang tidak benar dan berlebihan terkait adanya fenomena alam tersebut dari pihak yang tidak bisa dipertanggungjawabkan,"
Raditya Jati

"Dalam hal ini, BNPB juga meminta agar masyarakat untuk mengakses dan memperbarui informasi terkini dari pihak-pihak instansi terkait dan pemerintah daerah setempat," tutup dia.

Sumber: kumparan
Editor: Ari